live to love - special

Hai gais, postingan kali ini adalah sumbangan dari guest contributor pertama kita ya :)) (gc001) terima kasih kakak sudah mau mengirimkan kontennya buat disharingin di ijodongker, semoga makin diberkati dan semakin rajin meng-konten yah Kak, makin tercerahkan juga jalannya.. Enjoy gais!

Halo semuanya. Salam kenal ya, meskipun mungkin aku gak akan buka nama.

Hari ini tiba-tiba tergerak untuk nulis, karena belakangan ini tiba-tiba terekspos dengan beberapa berita seputar kematian. Tapi yang mau aku share bukan tentang kematiannya itu sendiri, tapi tentang kehidupan sebelum kematian itu terjadi.

 

Cerita pertama adalah tentang papiku sendiri. He already passed away almost five years ago. He was not a perfect dad in world’s description. Bahkan dia pernah meninggalkan luka batin untuk keluarga kami. Dia mengajar kami dengan keras, dan dia bukan orang yang dengan mudah menyatakan rasa sayangnya kepada kami. Tapi banyak hal, yang semasa hidupnya tidak kami sadari, adalah bentuk sayangnya kepada kami. Dia selalu setia mengantar jemput kami, memberikan kami pendidikan terbaik, membelikan tabloid/komik untuk kami, mendengarkan cerita-cerita kami, mendukung kami di saat-saat kami dalam kebimbangan, dan banyak hal-hal kecil lainnya.

 

Source: Wikipedia

Seringkali kita mengira hal-hal yang dilakukan oleh orang tua kita terhadap kita itu adalah memang hal-hal yang semestinya mereka lakukan sebagai orang tua. We take it for granted. And then we will regret when they’re gone. Padahal seharusnya gak gitu. Kita harus memaknai tindakan mereka sebagai bukti kehadiran mereka, pengungkapan perasaan mereka, dan pengorbanan mereka untuk kita.

 

Cerita kedua adalah tentang rekan pelayanan kami di komunitas choir. Jadi komunitas choir kami dikagetkan dengan berita kalau pelatih kami dulu, ternyata sedang sakit dan sepertinya cukup serius. Diduga tumor atau mungkin cancer. Tapi hal ini belum bisa dipastikan karena terkendala biaya untuk melakukan CT scan. Beliau tidak punya penghasilan lain selain dari melatih koor, yang memang tidak seberapa, apalagi ditambah dengan adanya pandemi. Dengan komunitas kami yang cukup besar, kami memutuskan untuk urunan dana dalam beberapa hari ini. Dengan sekian lamanya pelatih kami melayani, banyak sekali yang kenal dengan dia dan dengan serta merta menyumbangkan dana untuk perawatan dia saat ini di RS.

 

Pada saat kami sedang berfokus dengan pelatih kami, tiba-tiba ada berita kalau ada salah seorang senior kami yang meninggal dunia saat sedang ikut lomba half marathon pagi ini. Bagaikan geledek di siang bolong, tidak ada yang menyangka kepergian koko ini. Beliau dengan setia mengirimkan renungan harian setiap pagi ke grup kami. Beliau ikut meluangkan waktu untuk latihan dan konser bersama kami. Beliau ikut hadir di pernikahan teman kami meskipun itu di luar kota. Beliau ikut mendukung kami saat ada pergantian pengurus. Beliau rajin melayani sebagai prodiakon di gerejanya. He was just 48 years old. Too young to be gone. Meskipun hidupnya hanya sebentar, dia meninggalkan kesan yang mendalam bagi orang-orang di sekitarnya. Seakan-akan Tuhan bilang, “Sudah cukup kamu melayani Aku di bumi, sekarang saatnya kamu melayani Aku di surga.”

 

Mungkin dua cerita tadi tidak saling berhubungan. Tapi kedua cerita tadi memiliki pesan moral yang sama. Hiduplah sedemikian rupa dalam kasih kepada sesama kita, hingga saatnya kita pergi nanti, merekalah yang menceritakan kepada yang lainnya tentang kasih kita itu. I will quote what Mahatma Gandhi said:

“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.”

 

Sekian sharing cerita hari ini. Tuhan memberkati.



Comments

Popular posts from this blog

perjalanan pencarian karier pertama (1/2)

ego vs soul

Runawaynope