Purpose Driven Life #5 dibentuk untuk melayani Allah

Hi, stay safe everyone! Semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkati setiap kita dan keluarga. Di post kali ini kita akan masuk ke ringkasan Purpose #4 "Kita Dibentuk untuk Melayani Allah". 2 Purpose terakhir nih gais, semoga makin semangat dalam perjalanan pemenuhan tujuan kita ya gais 😇
Ringkasan ini bersumber dari buku The Purpose Driven Life / Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan yang ditulis oleh Pastor Rick Warren.

Source: Bukalapak.com

KITA DIBENTUK UNTUK MELAYANI ALLAH

I Korintus 3:5-6 (BIS) Kami hanya pelayan-pelayan Allah... Kami hanya menjalankan pekerjaan yang ditugaskan Tuhan kepada kami masing-masing. Saya menanam dan Apolos menyiram, tetapi Allah sendiri yang membuat tanamanNya tumbuh.

Day 29 Menerima Tugas Kita

Kita ditempatkan di bumi untuk memberikan sumbangsih, menambah semarak kehidupan di bumi, hal ini disebut "pelayanan" (ministry / service). Rincian dalam alkitab sebagai berikut:
  • Kita diciptakan untuk melayani Allah; "Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan untuk kita."
  • Kita diselamatkan untuk melayani Allah; "Dialah yang menyelamatkan kita dan memilih kita untuk pekerjaanNya yang kudus, bukan karena kita layak, melainkan karena itulah yang telah direncanakanNya." Tuhan menebus kita yang berdosa dengan darahnya yang mahal. Melalui keselamatan, masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita dijamin. Pelayanan kita adalah bentuk rasa sukacita dan ucapan syukur atas penyelamatanNya. Rasul Yohanes mengatakan bahwa pelayanan kita dengan penuh kasih kepada orang lain menunjukkan bahwa kita benar-benar diselamatkan.
  • Kita dipanggil untuk melayani Allah; "Sekarang kamu menjadi milikNya... agar kita bisa berguna di dalam pelayanan Allah." Alkitab berkata bahwa semua orang Kristen dipanggil untuk melayani purna waktu. Cara memenuhi panggilan ini adalah menggunakan kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menolong orang lain. Setiap pelayanan, terlihat atau dibalik layar, semuanya penting dan bernilai. 
  • Kita diperintahkan untuk melayani Allah; Palayanan bukanlah suatu pilihan, tetapi sesuatu untuk dimasukkan ke dalam jadwal kita jika kita bisa menyediakan waktu, karena pelayanan merupakan inti kehidupan orang Kristen. Kedewasaan rohani adalah untuk pelayanan, dan kita bertumbuh untuk memberi kepada sesama.
Melalui pelayanan kita menemukan arti hidup kita. Ketika kita melayani bersama-sama di dalam keluarga Allah, kehidupan kita memiliki makna kekal. Yang terpenting bukan seberapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita hidup? apa sumbangsihnya?
Kita tidak punya alasan untuk tidak terlibat dalam pelayanan, karena telah kita ketahui dari Alkitab; Abraham tua, Yusuf diperlakukan dengan kejam, Musa gagap, Gideon miskin, Samson bergantung, Rahab tidak bermoral, Daud selingkuh dengan berbagai masalah keluarga, Elia ingin munuh diri, Yunus enggan hati, Petrus emosional, Marta pengkhawatir, Paulus kesehatannya buruk, Timotius pemalu, dan seterusnya. Tetapi Allah memakai mereka semua dalam pelayananNya.
Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.”

Day 30 Dibentuk untuk Melayani Allah

Allah membentuk setiap makhluk di dunia dengan berbagai keahlian khusus (contohnya ada binatang yang pelari, pelompat, perenang, penggali, peterbang), begitu pula halnya manusia, dirancang unik untuk melakukan tugas spesifik, Allah telah memikirkannya sebelum menciptakan kita.
Dengan memberi kita masing-masing sebuah tugas, Allah juga memperlengkapi kita dengan apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya. Kombinasi kemampuan yang memiliki tujuan ini disingkat menjadi SHAPE:
Spiritual gifts (karunia rohani)
Heart (hati)
Abilities (kemampuan)
Personality (kepribadian)
Experience (pengalaman)
  • Membuka Karunia-Karunia Rohani (Spiritual Gifts)
Tidak ada satu pun karunia rohani yang Allah berikan kepada semua orang, dan tak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki seluruh karunia rohani, karena Allah ingin kita belajar saling mengasihi dan saling bergantung. Karunia rohani tidak diberikan bagi kebaikan kita sendiri, tetapi untuk kebaikan orang lain, pun sebaliknya. Karena itulah kita didorong untuk membuka karunia-karunia rohani kita agar kita dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jemaat. Karunia rohani yang tidak terungkap tidak akan ada artinya.
  • Mendengarkan Hati (Heart)
Alkitab memakai istilah 'hati' untuk menggambarkan sekumpulan keinginan, harapan, minat, ambisi, impian, dan kasih sayang yang kita miliki. Hati kita mewakili segala sumber motivasi kita, yaitu apa yang suka kita kerjakan dan apa yang paling kita pedulikan. Kita secara naluriah peduli pada beberapa hal, dan tidak pada hal-hal lainnya. Hal-hal ini merupakan petunjuk tentang di mana seharusnya kita melayani.
Minat-minat bawaan, yang bahkan mungkin tidak ada satu pun anggota keluaga kita yang juga menyukainya, berasal dari Allah. Jangan mengabaikannya! Pertimbangkan bagaimana minat-minat tersebut dapat dipakai untuk kemuliaan Allah. Mendengarkan dorongan-dorongan batin bisa menunjuk pada pelayanan yang Allah maksudkan untuk kita kerjakan.
Bagaimana mengetahui jika kita sedang melayani Allah dengan hati (tulus)? (1) Antusiasme; kita melakukannya dengan senang hati, tidak seorangpun perlu untuk memotivasi, menantang, atau mengecek, juga kita tidak memerlukan penghargaan, bayaran, atau tepuk tangan untuk melakukannya. (2) Keefektifan; kita melakukannya dengan baik, hasrat kuat (bukan dorongan kewajiban atau keuntungan) membawa kepada kesempurnaan.
I Korintus 12:6 “Allah bekerja melalui berbagai orang dengan berbagai cara, tetapi Allah yang sama itulah yang mencapai tujuanNya melalui mereka semua.”

Day 31 Memahami Shape Kita

"Ada bermacam-macam karunia rohani... bermacam-macam cara untuk melayani Tuhan... (dan) bermacam-macam kemampuan untuk mengerjakan pelayanan"
Pada Day 31 sudah dibahas 2 faktor SHAPE, berikut dibahas 3 sisanya:
  • Menerapkan Kemampuan-Kemampuan (Abilities)
Kemampuan merupakan bakat alami bawaan lahir, ada yang memiliki bakat berbicara, atletik, matematika, musik, mekanika, dan seterusnya.
Semua kemampuan kita berasal dari Allah; "Allah memberikan kepada tiap-tiap kita kemampuan untuk mengerjakan hal-hal tertentu dengan baik." Penelitian menunjukan rata-rata orang memiliki 500-700 kemampuan berbeda; otak yang bisa menyimpan 100 triliun fakta, pikiran bisa menangani 15000 keputusan/detik, hidung bisa mencium lebih dari 10000 bau berbeda, sentuhan bisa mendeteksi sesuatu yang kecilnya 1/25000 inci, lidah yang bisa mengecap satu bagian kina dalam 2 juta bagian air, dan seterusnya. Tanggung jawab kita adalah mengenali dan melepaskan kemampuan kita untuk melayani Allah.
Setiap kemampuan bisa dipakai untuk kemuliaan Allah; "Apa pun yang saudara lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk memuliakan Allah." Berikut beberapa kemampuan yang Allah pakai untuk kemuliaanNya: kemampuan artistik, arsitektur, melayani, membuat roti, membuat perahu, membuat permen, berdebat, merancang, merempah-rempahi, menenun, memahat, bertani, nelayan, berkebun, memimpin, mengelola, tukang batu, menggubah musik, membuat senjata, jahit-menjahit, melukis, menanam, berfilsafat, mekanika, menciptakan, tukang kayu, berlayar, memasarkan, menjadi tentara, menjahit, mengajar, menulis sastra dan puisi.
Allah memiliki sebuah tempat di dalam GerejaNya di mana spesialisasi kita bisa bersinar, dan kita bisa megubah keadaan. Bahkan kemampuan pada beberapa orang untuk menghasilkan banyak uang pun berasal dari Allah, jika kita memilikinya pergunakan untuk kemuliaan Allah; (1) sadari Allah sebagai sumbernya, naikan puji dan syukur kepadaNya, (2) gunakan bisnis untuk melayani kebutuhan orang lain dan untuk menyampaikan iman kepada orang belum percaya, (3) kembalikan setidaknya 10% dari keuntungan kepada Allah sebagai tindakan penyembahan, (4) tetapkan tujuan sebagai 'Pembangun Kerajaan' bukan sekedar 'Pembangun Kekayaan'.
Apa yan mampu saya kerjakan, apa yang ingin saya kerjakan; "dengan segala hal yang Saudara perlukan untuk melakukan kehendakNya." Untuk menemukan kehendak Allah bagi kehidupan kita, kita harus sungguh-sungguh menguji dalam hal apa kita bagus dan kurang. Tuhan mencocokkan panggilan kita dengan kemampuan kita. "Allah telah memberikan bakat-bakat khusus kepada Saudara masing-masing. Pergunakanlah bakat-bakat itu untuk saling menolong dan salurkanlah berkat Allah yang bermacam-macam itu kepada orang lain."
  • Menggunakan Kepribadian (Personality)
"Allah bekerja melalui berbagai orang dengan berbagai cara, tetapi Allah yang sama itulah yang mencapai tujuanNya melalui mereka semua." Setiap manusia unik, melihat sangat besarnya kemungkinan DNA, tidak ada satu orang pun yang sama persis seperti kita. Allah menyukai keberagaman, setiap orang dengan kombinasi sifat kepribadian unik; orang-orang ekstrovert dan introvert, menyukai rutinitas atau menyukai variasi, sebagian orang pemikir dan sebagian perasa, baik dalam pekerjaan pribadi atau baik dalam kerja tim, dan seterusnya.
Allah memakai semua jenis kepribadian, Petrus adalah sanguinis, Paulus adalah koleris, Yeremia seorang melankolis. Tidak ada temperamen yang benar atau salah dalam pelayanan. Semua kepribadian diperlukan untuk menyeimbangkan dan memberi rasa. Kepribadian kita menentukan bagaimana dan di mana kita menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita. Karena itu meniru pelayanan orang lain tidak pernah berhasil, kita bisa belajar dari teladan mereka, tetapi kemudian menyaring apa yang kita pelajari melalui shape kita sendiri.
Bila kita melayani dengan cara yang sesuai dengan kepribadian yang Allah berikan, kita akan mengalami kepenuhan, kepuasan, dan buah.
  • Memanfaatkan Pengalaman-Pengalaman (Experiences)
Kita telah dibentuk oleh pengalaman-pengalaman kita di dalam kehidupan, yang sebagian besarnya di luar kendali kita. Allah mengizinkan pengalaman ini terjadi untuk membentuk kita. Ketika menentukan shape untuk melayani, kita perlu menguji minimal 6 jenis pengalaman masa lalu ini:
(1) Pengalaman-pengalaman Keluarga: Apa yang dipelajari ketika bertumbuh di keluarga?
(2) Pengalaman-pengalaman Pendidikan: Pelajaran-pelajaran apa yang paling disukai?
(3) Pengalaman-pengalaman Pekerjaan: dalam pekerjaan apakah kita paling efektif dan menikmati?
(4) Pengalaman-pengalaman Rohani: Waktu mana yang merupakan waktu kita paling berarti bersama Allah?
(5) Pengalaman-pengalaman Pelayanan: Bagaimana kita melayani pada masa lalu?
(6) Pengalaman-pengalaman yang Menyakitkan: Dari masalah-masalah, luka hati, penderitaan, dan pencobaan apakah kita telah belajar?
Kategori terakhir 'Pengalaman-pengalaman Menyakitkan' yang paling Allah pakai untuk mempersiapkan kita bagi pelayanan. Allah tidak pernah membiarkan suatu luka hati terjadi tanpa suatu tujuan. "Ia menguakan batin kami dan setiap kesukaran yang kami alami, supaya dengan kekuatan yang kami terima dari Allah itu, kami pun dapat menguakan batin semua orang yang dalam kesusahan."
Agar Allah memakai pengalaman-pengalaman kita yang menyakitkan, kita harus bersedia menceritakannya. Kita harus berani dengan jujur mengaui setiap kesalahan, kegagalan, dan ketakutan kita. Melakukan hal-hal ini bisa merupakan pelayanan yang paling efektif, orang akan lebih bersemangat mendengar kita menceritakan bagaimana kasih karunia Tuhan menolong kita dalam kelemahan dibanding bila kita membual tentang kekuatan-kekuatan kita.
Memakai shape kita merupakan rahasia untuk dapat melayani secara lengkap dan berhasil. Pelayanan akan menjadi sangat efektif apabila kita menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan-kemampuan kita yang sesuai dengan kerinduan hati kita, dan dengan cara yang paling bagus mengekspresikan kepribadian dan pengalaman-pengalaman kita.
I Petrus 4:10 “Allah telah memberikan bakat-bakat khusus kepada Saudara masing-masing. Pergunakanlah bakat-bakat itu untuk saling menolong dan salurkanlah berkat Allah yang bermacam-macam itu kepada orang lain.”

Day 32 Memakai Apa yang Telah Allah Berikan Kepada Kita

Pemanfaatan terbaik dari kehidupan adalah melayani Allah dengan shape kita. Untuk itu kita harus menemukan shape kita, belajar menerima dan menikmatinya, kemudian mengembangkannya secara maksimal.
Langkah menemukan shape kita:
  • Mulai dengan mengevaluasi karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan kita; perhatikan secara jujur dan seksama, dalam hal apa kita bagus dan tidak, tanyakan kepada orang lain untuk penegasan. Cara terampuh untuk menemukan karunia adalah dengan melakukan percobaan dalam berbagai bidang pelayanan. Pada akhirnya, kita akan mengetahui dalam bidang apa kita bagus.
  • Pertimbangkan hati dan kepribadian kita; Ajukan pada diri kita pertanyaan; Apakah yang paling senang saya lakukan? Kapankah saya merasa paling benar-benar hidup? Apakah yang saya kerjakan sampai tidak ingat waktu? Apakah saya lebih menyukai rutinitas atau variasi? Saya senang melayani dalam tim atau sendirian? Saya lebih introver atau ekstrover? Saya pemikir atau perasa? Mana yang lebih saya nikmati, bersaing atau bekerja sama?
  • Periksa pengalaman-pengalaman kita dan ambil sari dari pelajaran-pelajaran yang telah kita peroleh; Tinjau kembali kehidupan kita dan pikirkan bagaimana kehidupan itu telah membentuk kita. Menarik sari dari tiap pengalaman yang telah kita alami, mempertimbangkan bagaimana Allah ingin menggunakan pelajaran-pelajaran tersebut untuk kita menolong orang lain.
Paulus berkata: "Tujuan kami ialah untuk tinggal di dalam batas-batas rencana Allah bagi kami". Artinya adalah Allah menugaskan setiap kita suatu bidang atau bentuk pelayanan yang menjadi spesialisasi kita. Bila kita berusaha untuk memperluas pelayanan kita melebihi apa yang untuknya kita dibentuk, maka kita akan merasa tertekan.
Iblis akan berupaya mencuri sukacita pelayanan dari kita dengan 2 cara: (1) dengan menggoda kita untuk membandingkan pelayanan kita dengan orang lain; yang bisa menghasilkan kesombongan atau rendah diri, (2) menggoda untuk mencocokkan pelayanan kita dengan harapan orang lain, carilah hanya pujian Allah.
Kita harus mengembangkan karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan kita, tetap menjaga hati kita menyala-nyala, menumbuhkan karakter dan keprinadian kita, dan memperluas pengalaman kita sehingga kita akan menjadi lebih efektif dalam pelayanan. Pelayanan di bumi adalah bentuk latihan kita bagi pelayanan kekal di Sorga kelak, untuk menghadapi tanggung jawab dan upah abadi.
2 Timotius 2:15 “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”

Day 33 Bagaimana Pelayan yang Sejati Bertindak

Kita melayani Allah dengan melayani orang lain. Allah menentukan kebesaran kita berdasarkan banyaknya orang yang kita layani. Shape kita menunjukkan pelayanan kita, tetapi hati pelayan kita akan menunjukkan kedewasaan kita. Terkadang kita harus melakukan pelayanan 'tambahan' yang berada di luar wilayah shape kita jika tak seorang pun yang dikaruniai untuk pelayanan itu ada di sekitar situ pada saat tersebut.
Bagaimana ciri hati seorang pelayan?
  • Pelayan sejati memberikan diri mereka untuk melayani; melakukan apa yang diperlukan, bahkan ketika rasanya tidak nyaman. Menjadi seorang pelayan berarti menyerahkan hak untuk mengendalikan jadwal kita dan mengizinkan Allah untuk menyela kapan saja Dia membutuhkan.
  • Pelayan sejati memperhatikan kebutuhan; peka dan sigap untuk berbagai kesempatan melayani, karena kadang kesempatan tidak terulang dua kali. "Karena itu semantara masih ada kesempatan bagi kita, marilah berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Kita bisa mulai dengan mencari pekerjaan kecil yang tak seorang pun ingin melakukan, kerjakan seolah-olah itu hal besar, karena, Allah sedang mengamati.
  • Pelayan sejati melakukan yang terbaik dengan apa yan mereka miliki; Allah berharap kita melakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki, dimanapun kita. Tidak perlu mencari-cari alasan, menunda, atau menunggu keadaan-keadaan yang lebih baik. "Siapa menunggu sampai angin dan cuaca sempurna, tidak akan menanam dan tidak pula memetik hasilnya."
  • Pelayan sejati mengerjakan setiap tugas dengan dedikasi yang sama; melakukan setiap tugas yang 'perlu' dikerjakan dengan sepenuh hati. Pelayanan kecil yang terkesan merendahkan Allah memproses kita agar bertumbuh menjadi serupa denganNya. Tugas kecil mengasah kebesaran hati, Yesus telah melakukannya: membasuh kaki, menolong anak kecil, membuat sarapan, melayani orang-orang kusta.
  • Pelayan sejati setia pada pelayanan mereka; menyelesaikan tugas-tugas kita, memenuhi tanggung jawab kita, memegang janji-janji kita, dan menyelesaikan komitmen kita. Ini adalah ujian kesetiaan kita, dan upahnya di dalam kekekalan. Kita tidak akan pernah pensiun dari melayani Allah.
  • Pelayan sejati tetap redah hati; hindari menjadi pusat perhatian, pelayanan kita bukan untuk mendapat penghargaan atau pujian orang lain, kita hidup untuk dipandang Allah. Di manapun Allah menempatkan kita, seberapa terasa kecilnya pelayanan kita, tetap ingat bahwa Allah menempatkan kita untuk suatu tujuan. Pelayanan tidak perlu menonjol, tetapi bermakna, dan dalam persekutuan denganNya jerih payah kita tak akan sia-sia.
Matius 10:42 “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilagan upahnya dari padanya.”

Day 34 Berpikir Seperti Seorang Hamba atau Pelayan

Pelayanan berawal di dalam pikiran kita. Untuk menjadi hamba atau pelayan dibutuhkan suatu perubahan mental, perubahan dalam sikap kita. Allah lebih tertarik pada mengapa kita mengerjakan sesuatu ketimbang apa yang kita kerjakan, sikap lebih berarti ketimbang pencapaian. Pelayan sejati melayani Allah dengan cara berpikir yang mengandung 5 sikap:

  • Lebih banyak memikirkan orang lain ketimbang diri sendiri; Yesus "telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba" hal ini berarti melupakan tentang diri sendiri, kepentingan diri, pujian diri, tujuan-tujuan pribadi. Kita bisa meneladan Timotius.
  • Berpikir seperti penatalayan, bukan pemilik; penatalayan adalah seseorang hamba yang dipercayai untuk mengelola harta. Tuhan menuntut komitmen penuh, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan, Tuhan dan mamon/uang. Bila Yesus menjadi tuan kita, uang melayani kita. Cara kita mengelola uang mempengaruhi seberapa banyak Allah bisa memberkati kehidupan kita. Kekayaan akan kita gunakan untuk mendanai gereja Tuhan dan misinya di dunia.
  • Berpikir tentang pekerjaan kita, bukan apa yang dikerjakan orang lain; Memikirkan tentang persaingan antara pelayan Allah adalah tidak masuk akal, karena kita semua berada dalam tim yang sama, sasaran kita adalah menunjukkan kebaikan Allah bukan diri sendiri, kita telah diberi tugas berbeda, dan kita telah dibentuk secara unik olehNya. Tidak ada tempat bagi iri hati dan picik, karena kita sudah disibukkan untuk melayani. Mengingat kisah Maria yang membasuh kaki Yesus dengan minyak mahal; pelayanan kita bagi Kristus tidak pernah merupakan suatu pemborosan, tak peduli apa kata orang lain.
  • Mendasarkan identitas kita di dalam Kristus; Dalam menjadi pelayan, kita harus mendasarkan nilai dan identitas kita pada hubungan dengan Kristus, kita menjadi percaya diri, terbebas dari harapan-harapan orang lain."Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan."
  • Memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebuah kewajiban; Kita senang menolong orang, memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengerjakan pelayanan. Kita melayani Tuhan dengan sukacita, karena kita mengasihi Tuhan, bersyukur atas kasih karuniaNya, sadar bahwa melayani merupakan pemanfaatan tertinggi dari kehidupan, dan Allah menjanjikan suatu pahala.
Albert Schweitzer berkata "Orang-orang yang benar-benar bahagia hanyalah orang-orang yang telah belajar bagaimana melayani"
Filipi 2:5 “Hendaklah kalian berjiwa seperti Yesus Kristus.”

Day 35 Kuasa Allah di dalam Kelemahan Kita

Allah senang memakai orang-orang lemah. Setiap kita punya kelemahan dan ketidaksempurnaan: fisik, emosi, intelektual, rohani. Keadaan yang tidak dapat kita kendalikan dan memperlemah kita. Masalah yang lebih penting adalah apa yang kita lakukan terhadap kelemahan-kelemahan ini. Menyangkal, membela dengan mencari dalih, menyembunyikan, dan membencinya akan mencegah Allah menggunakannya dengan cara yang Dia inginkan untuk menunjukkan kuasaNya. "Sebab memang Allah sengaja memilih... yang dianggap lemah oleh dunia ini, supaya orang-orang yang gagah perkasa menjadi malu." 
Allah akan memakai kita jika kita mengijinkanNya bekerja melalui tiap kelemahan kita, seperti teladan Paulus:
  • Akui kelemahan-kelemahan kita; ambil waktu untuk mengenali kelemahan pribadi kita. Paulus pernah berkata kepada para penyembah berhala "Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu." Atau perlukah Allah membuat krisis agar kita mengakuinya?
  • Senanglah di dalam setiap kelemahan kita; seperti Paulus, kita harus merasa senang karena kelemahan, ini berarti ekspresi iman di dalam kebaikan Allah, bahwa Ia mengasihi kita dan tau apa yang terbaik untuk kita. Alasan dari Paulus untuk kita senang dalam kelemahan bawaan kita: (1) kelemahan menyebabkan kita bergantung pada Allah, (2) mencegah kesombongan, menimbulkan kerendahan hati, (3) mendorong diadakannya persekutuan antara orang percaya, menunjukkan kita saling membutuhkan.(4) meningkatkan kemampuan kita untuk bersimpati dan melayani, luka-luka memalukan dan terdalam kita merupakan sarana yang sangat hebat untuk memulihkan orang lain.
  • Ceritakanlah dengan jujur kelemahan-kelemahan kita; pelayanan dimulai dengan keterbukaan akan berbagai kegagalan, perasaan, keputusasaan, ketakutan, yang memiliki resiko kita akan ditolak. Namun keuntungannya sebanding, tekanan kita berkurang, kecemasan hilang, dan langkah pertama menuju kemerdekaan, dalam melakukannya dibutuhkan kerendahan hati. Sifat yang paling penting untuk kepemimpinan dan mempengaruhi orang bukanlah kesempurnaan, melainkan kredibilitas, yaitu dengan bersifat jujur.
  • Kemuliaan di dalam kelemahan-kelemahan kita; pada saat Iblis menunjukkan kelemahan-kelemahan kita, setujulah dan penuhi hati kita dengan pujian kepada Yesus yang "memahami setiap kelemahan kita" dan kepada Roh Kudus yang "membantu kita dalam kelemahan kita." Allah membuat Yakub pincang dan tidak bisa melarikan diri lagi sepanjang hidupNya dan hanya bergantung pada Allah. Jika kita ingin Allah memberkati kita dan memakai kita secara luar biasa, kita harus bersedia 'berjalan dengan pincang' seumur hidup kita, karena Allah memakai orang-orang lemah.
2 Korintus 12:9a “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.”


PURPOSE DRIVEN SERIES:

#5 dibentuk untuk melayani Allah

Comments

Popular posts from this blog

perjalanan pencarian karier pertama (1/2)

ego vs soul

Runawaynope